Halo teman-teman kembali lagi dengan
Nadine disini. Pada post kali ini, aku akan membahas tentang kritik karya
sastra, dimana tujuan nya adalah untuk menganalisis dan mengetahui karya itu
lebih dalam lagi dan bukan menjatuhkan loh yah ! Langsung cek aja yukk !!!
Kritik
Penilaian tentang kelemahan dan
kelebihan suatu karya berikut solusinya
Tujuan :
1.
Meningkatkan kualitas
karya nya
2.
Membantu pembaca untuk
menganalisis karya yang sudah di kritik
Tahapan-tahapan mengkritik :
1.
Menganalisis :
artinya menguraikan unsur-unsur intrinsik
karya sastra dan menarik hubungan antar unsure-unsur.
2.
Mengintepretasikan /
menafsirkan :
Memperjelas karya sastra dengan cara :
a.
Memusatkan perhatian
pada makna kias.
b.
Memperjelas unsure-unsur
dan jenis karya sastra.
3.
Penilaian
Menunjukkan karya sastra dengan
bertitik tolak dari analisis dan penafsiran yang telah dilakukan.
Contoh Kritik :
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api
Yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada.”
-Sapardi Djoko Damono; Aku Ingin-
-Sapardi Djoko Damono; Aku Ingin-
Puisi berjudul "Aku Ingin" ini dikarang oleh
seorang penyair yang harum namanya di Tanah Air, tak lain adalah Sapardi Djoko
Damono. Sapardi Djoko Damono dikenal melalui berbagai puisi yang telah
dibuatnya dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga beberapa
diantaranya berhasil dikenal banyak orang. Puisi-puisi yang sudah diterbitkan
Sapardi juga banyak yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, baik bahasa
asing maupun bahasa daerah. Contoh karyanya yang sangat monumental adalah
"Yang fana adalah Waktu" serta "Seperti Kabut".
Dalam menulis puisi, Sapardi memiliki kekhasan tersendiri
untuk menciptakan karya dengan bahasa yang ringan. Hal yang sama ia lakukan
juga ketika menulis puisi "Aku Ingin". Beliau menyampaikan curahan
hati mengenai penyesalannya dengan bahasa yang mudah dipahami, tidak ada diksi
yang tidak lazim didalam puisinya. Sebagai bukti, dalam puisi "Aku
Ingin", Sapardi langsung menyampaikan tema romansa dari puisi tersebut
dengan menuliskan "Aku ingin mencintaimu secara sederhana". Sapardi
tidak memakai kata-kata pengganti untuk kata yang umum seperti
"mencintai".
Jika dibaca dan diperhatikan, puisi karya sang penyair ini
juga memiliki amanat yang sangat baik. Curahan hati Sapardi mengenai penyesalan
digambarkan secara tragis, "kayu kepada api yang menjadikannya abu".
Sapardi menyampaikan bahwa kesempatan akan hilang begitu saja, kapan saja. Oleh
karena itu ada baiknya bahwa kita menyampaikan apa yang perlu disampaikan
secepatnya, sebelum terlambat.
Hal
lainnya yang memberi nilai lebih bagi puisi ini adalah suasananya yang dapat
sangat dirasakan. Kata-kata yang begitu puitis dan menyentuh hati membuat
pembaca ikut merasakan apa yang diungkapkan pengarang. Bila dimaknai lebih
mendalam, puisi ini disajikan dengan sangat baik dan terasa mengalir.
Namun sangat disayangkan, Sapardi mengulang kata terlalu
banyak. Contoh nya “tak sempat” terdapat pada bait satu maupun dua. Puisi yang
cukup singkat ini terasa menjadi semakin singkat karena ada nya beberapa
pengulangan kata yang sudah dimaknai oleh pendengar di bait sebelumnya. Sebaiknya
Sapardi menggunakan kata “tak pernah” pada bait pertama.
Pemilihan kata penyair juga terlalu mudah untuk di
intepretasikan sehingga puisi tersebut kurang mengolah rasa. Ketika mendengar
puisi ini pun, pendengar langsung bisa memaknai nya, tanpa harus bersusah payah
untuk mengerti. Hal ini menyebabkan ketidakjelasan unsur pencitraan yang
disajikan dalam puisi. Oleh karena itu ada baiknya bila penyair mengganti kata “isyarat” dengan kata“bisikan”
pada bait kedua, sehingga pada puisi tersebut mengandung pencitraan pendengaran.
0 komentar:
Posting Komentar